Tembang Duka Pendekar Buntung (2) - Triarga.ID | Media Edukasi
arrow_upward

Tembang Duka Pendekar Buntung (2)

Selasa, 28 Juli 2020, 15.47 WIB
Pembunuhan tiga tuan muda itu seperti awan hitam menyelimuti dunia persilatan Tanah Tengah. Semua menyadari, awan hitam itu akan berubah menjadi badai. Tinggal menunggu waktu. Menunggu halilintar memicu gelegar.

Suasana berkabung masih kental terasa di Bukit Tengkorak, kampung kediaman Kalajengking Emas, tuan muda yang  tewas mengenaskan itu. Belasan orang berpakaian pakaian putih berkumpul di rumah panggung di tengah-tengah kampung. Asap kemenyan menyesaki udara.

Kalajengking Emas adalah putra pertama dari Panglima Kala. Sejak kecil ia sudah disiapkan untuk menjadi penerus keluarga Kalajengking Bukit Tengkorak. Ilmu silatnya dilatih langsung oleh sang ayah. Tidak heran dalam usia muda, ia sudah tumbuh menjadi tunas muda dunia persilatan Tanah Tengah.

Kedudukan sebagai "putra mahkota" yang selalu disanjung membentuk watak angkuh. Satu-satunya orang yang ia segani hanya Panglima Kala, ayahnya. Selain itu tak dipandangnya sebelah mata. Ia sering mencuri kesempatan untuk kabur ke bawah bukit, menguji kepandaian.

Bila bertarung, tangannya telengas. Tidak mau memberi hati meski orang sudah menyerah. Tidak sedikit lawannya yang jadi cacat karena ketelengasannya. Ada juga yang tewas mengenaskan. Namun, karena kebesaran nama Kalajengking Bukit Tengkorak, ia selalu bisa lolos dari tanggung jawab.

Hari itu ia juga kabur dari rumah. Kebetulan di perjalanan bertemu dua orang tuan muda dari keluarga persilatan lain, Buyung Selamat putra pertama keluarga Pecut Halilintar dan putra ketiga Aki Reot penghuni Rawa Setan, Welang Ijo.

Keluarga persilatan itu, meski disebut tetua dunia persilatan Tanah Tengah. Tapi sejatinya tidak pernah benar-benar akur. Satu sama lain berlomba memperkuat pengaruh untuk bisa lebih baik dari keluarga yang lain. Beberapa kali malah terlibat pertarungan meski tidak pernah ada korban luka berat. Pertarungan antara keluarga itu segera diselesaikan dengan cepat.

Maklum, pertarungan berlarut-larut apalagi mati-matian hanya akan merugikan diri sendiri. Banyak yang akan tewas dan cedera. Kekuatan keluarga bisa melemah. Bisa-bisa keluarga lain memanfaatkan kesempatan itu untuk memusnahkan saingan. Karena itu, selama 100 tahun terakhir, mereka masih bisa mempertahankan keseimbangan. Sepuluh keluarga persilatan itu tetap di puncak kejayaan.

Saat bertemu dengan Buyung Selamat dan Welang Ijo, hati Kalajengking Emas sudah dirasuki keinginan untuk menunjukkan keunggulan keluarganya. Ia yakin dalam usia yang tidak terlalu jauh berbeda, 19 tahun, kemampuannya sudah melewati dua tuan muda itu.

Tenaga dalam kala emas milik keluarganya telah ia latih hingga tingkat tujuh. Tidak ada seorangpun di keluarganya yang bisa sampai sejauh itu dalam usia baru 19 tahun. Paman-paman gurunyapun baru bisa mencapai tahap itu pada usia 50 tahun. Hanya ayahnya, Panglima Kala yang berhasil mempelajari hingga tingkat sembilan. Satu tingkat di bawah kesempurnaan tingkat 10.

Namun pemikiran Kalajengking Emas itu, tidak berbeda jauh dari dua tuan muda yang lain. Buyung Selamat dan Welang Ijo juga keturunan istimewa dari keluarga masing-masing. Welang Ijo meski putra ketiga, tetapi kemampuannya masih di atas kakaknya, putra pertama, Welang Emas.

Karenanya, saat ada seorang muda yang kurang ajar di pasar kaki Gunung Merapi itu, mereka seakan berlomba untuk mengeluarkan kepandaian memberikan hajaran. Kalajengking emas malah berniat membuat pemuda itu sekarat dalam sekali pukulan saja. Ia menyertakan tenaga dalam kala emas tingkat tujuh miliknya.

Siapa yang menyangka, nyawa mereka harus melayang hanya karena persaingan sepele itu? Siapa yang menyangka pemuda yang entah siapa itu hanya butuh satu gebrakan untuk membuat mereka jadi tubuh tak bernyawa?

       *****

Panglima Kala menggertakkan gigi menahan emosi yang meledak di dadanya. Kematian putra pertamanya itu benar-benar seperti kiamat. Ia serasa ingin melumat apa saja, siapa saja, yang berani mati mencari perkara dengan Kalajengking Bukit Tengkorak. Jika ternyata salah satu keluarga persilatan yang membunuh anak kesayangannya. Ia akan adu jiwa! Ia akan hancurkan hingga tiada bersisa!

Bersambung.....